Monday 21 March 2016

Tugas Psikologi Pendidikan-Perkembangan Individu

BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Seluruh makhluk hidup di dunia ini merupakan makhluk ciptaan Tuhan. Setiap makhluk hidup memiliki ciri yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Perkembangan individu merupakan proses perubahan sepanjang masa. Perkembangan individu terjadi pada fisik, kognitif, bahasa, sosio-emosional, dan moral. Perkembangan fisik merupakan perkembangan yang dapat diamati dengan jelas melalui perubahan bentuk dan  fungsi organ tubuh. Sedangkan perkembangan bahasa, soso-emosional, kognitif, dan moral merupakan perkembangan psikologis.
Pada diri manusia baik anak-anak maupun orang dewasa terdapat gejala-gejala kejiwaan hal ini tentu saja erat kaitannya dengan psikologi. Dalam gejala kejiwaan terdapat sensasi dan persepsi, yang pada keduanya terdapat perbedaan. Setiap anak mempunyai kelebihan atau kekuatan-kekuatan tertentu dan juga tentu saja kekurangan atau kelemahan. Hal ini tentu perlu digali agar perwujudan diri dan semua bakat dan kemampuan pada anak dapat dikembangkan. Orang tua dan guru dapat membantu anak dalam memenuhi kebutuhannya akan perwujudan diri. Pengembangan pribadi anak akan dapat diperoleh melalui proses belajar di mana proses belajar ini akan dapat meningkatkan kepribadian dan berupaya untuk memperoleh hal-hal baru yang dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas diri siswa. Oleh karena itu, perlulah kita mengetahui dan memahami konsep dan macam-macam perkembangan.
B.   Rumusan Masalah
1. Apakah definisi perkembangan individu?
2. Apakah yang dimaksud dengan perkembangan fisik, kognitif, dan bahasa?
C.  Tujuan
Mengetahui definisi perkembangan individu dan penjelasan tentang perkembangan fisik, kognitif, dan bahasa.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Definisi Perkembangan Individu
Perkembangan berarti serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman. Ada empat arti perkembangan:
1.      Perubahan yang berkesinambungan dan progresif dalam organisme, mulai lahir sampai mati.
2.      Pertumbuhan.
3.      Perubahan dalam bentuk dan dalam integrasi dari bagian-bagian jasmaniah ke dalam bagian-bagian fungsional.
4.      Kedewasaan atau kemunculan pola-pola dari tingkah laku yang tidak dipelajari.
Dengan demikian, perkembangan merupakan perubahan dalam diri manusia yang terdiri atas perubahan kualitatif akibat dari perubahan psikis , dan perubahan kuantitatif akibat dari perubahan fisik. Perubahan kualitatif sering disebut dengan “perkembangan”, seperti perubahan dari tidak mengetahui menjadi mengetahui, dari kanak-kanak menjadi dewasa dan seterusnya.
Perkembangan tidak terbatas pada pengertian pertumbuhan yang semakin membesar, melainkan didalamnya juga terkandung serangkaian perubahan yang terus menerus dan bersifat tetap. Perkembangan tersebut terjadi pada Fungsi-fungsi jasmani dan rohani yang dimiliki individu menuju ketahap kematangan melalui, pertumbuhan, pematangan dan belajar.
Perkembangan individu dapat terjadi disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor hereditas(keturunan) dan faktor lingkungan. Hereditas merupakan aspek individu yang bersifat bawaan dan memiliki komponen untuk berkembang. Sedangkan lingkungan merupakan faktor yang menyebabkan individu memperoleh ilmu pengetahuan, kasih sayang serta nilai-nilai kehidupan untuk menghadapi kehidupan bermasyarakat di masa mendatang.



B.  Perkembangan Fisik, Kognitif, dan Bahasa
Perkembangan Individu dapat dibedakan menjadi lima macam perkembangan. Yaitu perkembangan fisik, perkembangan kognitif, perkembangan bahasa, perkembangan sosio-emosional, dan perkembangan moral. Pada makalah ini akan dibahas tentang perkembangan fsik, perkembangan kognitif, dan perkembangan bahasa.
1.    Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik pada individu dibagi menjadi tiga tahap. Pembagian tersebut berdasarkan usia yang dimiliki oleh individu, yaitu:
a.       Perkembangan fisik pada masa kanak-kanak.
Perkembangan fisik pada masa kanak-kanak ditandai dengan hilangnya ciri-ciri fisik yaitu perut yang menonjol, kaki dan tubuh lebih cepat berkembang lebih cepat daripada kepala, perkembangan yang dominan menggunakan sisi sebelah tubuh. Pada umumnya, anak-anak cenderung menggunakan tubuh bagian kanan daripada tubuh bagian kiri. Pada masa ini, anak-anak memiliki kemampuan motorik yang halus sehingga anak-anak mulai melakukan aktifitas motorik dengan baik seperti menggambar, mewarna, menulis dan memotong dengan gunting.
b.      Perkembangan fisik pada masa pra-remaja.
Pada masa ini disebut juga masa sekolah dasar. Perkembangan fisik anak lebih lambat dibandingkan pada masa kanak-kanak. Pada usia 9-10 tahun banyak anak perempuan yang mengalami pertumbuhan terus menerus hingga usia 18 tahun atau sampai masa pubertas. Pertumbuhan ini ditandai dengan perubahan panjang kaki dan tangan sehingga anak-anak akan bertambah tinggi. Namun, pada masa ini, koordinasi tubuh mereka berkurang dibandingkan dengan pada usia 7-8 tahun. Pada anak perempuan di masa ini ditandai dengan mulai tumbuhnya buah dada dan rambut-rambut halus pada alat kelaminnya.
Memasuki usia 11-12 tahun, anak perempuan akan memperoleh kembali kekuatan dan kemampuan koordinasi seperti pada usia 7-8 tahun yang lalu. Hal ini dikarenakan telah tumbuh otot dan tulang rawan pada anggota badan. Pada akhir usia 11 tahun, anak perepuan akan lebih tinggi, lebih berat, dan lebih kuat dibandingkan dengan anak laki-laki. Pada usia 13 tahun hampir semua anak perempuan mencapai puncak pertumbuhan, sedangkan anak laki-laki yang mulai matang akan melanjutkan pertumbuhan perlahan-lahan dan tetap tumbuh sampai akhir masa anak-anak. Pada usia ini, anak perempuan mulai mengalami menstruasi. Akhir masa pra–remaja bagi anak laki-laki akan ditandai dengan ejakulasi pertama antara usia 13-16 tahun.
c.       Perkembangan fisik pada masa remaja
Masa remaja sering disebut dengan masa pubertas. Masa pubertas adalah suatu rangkaian perubahan fisik yang mampu membuat organisme secara matang mampu bereproduksi. Masa pubertas ini biasanya ditandai dengan perkembangan seksual primer dan sekunder.
Berdasarkan fisik, pada masa remaja akan terjadi perubahan-perubahan pada bentuk tubuh mereka. Oleh karena itu, tantangan terpenting yang akan dihadapi oleh remaja adalah menyesuaikan diri terhadap perubahan tubuhnya sehingga perubahan keterampilan, koordinasi dan aktifitas fisik harus segera disesuaikan. Secara psikologis, masa remaja identik dengan masa kegalauan dalam mencari jati diri, sehingga pada masa ini, remaja diharapkan memiliki pola pikir dan perilaku sebagia orang dewasa, lebih pandai mengontrol emosi, bersikap intelek, dan memiliki kematangan sosial. Remaja juga dihadapkan dengan potensi-potensi baru yang muncul seperti fantasi erotis, seksual, dan eksperimen terhadap hal-hal baru.
Penelitian menyebutkna bahwa anak yang matang lebih awal memiliki rasa cemas, lebih suka marah, konflik dengan orang tua dan memiliki harga diri yang lebih rendah dibandingkan anak yang memasuki pubertas pada masa akhir. Namun seiring berjalannya waktu, remaja yang matang lebih awal akan lebih populer, lebih mudah bergaul dan lebih matang dibandingkan dengan anak-anak yang mengalami pubertas terlambat.



2.     Perkembangan Kognitif
a.       Perkembangan kognitif menurut Piaget
Piaget merupakan seorang ahli psikologi perkembangan yang memberikan kontribusi luar biasa terhadap kajian psikologi perkembangan terutama pada anak. Analisa Piaget ini sangat membantu para pengajar untuk menyesuaikan kurikulum bagi peserta didik.
Piaget (1952) menyatakan bahwa perkembangan kognitif adalah hasil dari hubungan perkembangan otak dan sistem saraf dengan pengalaman-pengalaman yang membantu individu untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Manusia dalam perkembangannya akan memperlihatkan keseragaman meskipun pada usia anak-anak mengalami perbedaan dalam mencapai tahapan perkembangan.
Menurut Piaget, proses belajar seseorang akan mengikuti pola dan tahap-tahap perkembangannya sesuai dengan umurnya.  Pola dan tahap-tahap ini bersifat hierarkis, artinya harus dilalui berdasarkan urutan tertentu dan seseorang tidak dapat belajar sesuatu yang berada di luar tahap kognitifnya.  Piaget membagi tahap-tahap perkembangan kognitif ini menjadi empat, yaitu :
1)   Tahap Sensori-Motor (0-2 Tahun)
Tahap ini merupakan tahap pertama. Tahap ini dimulai sejak lahir sampai usia 2 tahun. Pada tahap ini, bayi membangun suatu pemahaman tentang dunia dengan mengkoordinasikan pengalaman-pengalaman sensor dengan tindakan-tindakan fisik.
Piaget membagi tahap sensori motor ini kedalam 6 periode, yaitu:
a)    Periode 1     :Penggunaan Refleks-Refleks (Usia 0-1 bulan)
b)   Periode 2     :Reaksi Sirkuler Primer           (Usia 1-4 bulan)
c)    Periode 3     :Reaksi Sirkuler sekunder       (Usia 4-10 bulan)
d)   Periode 4     :Koordinasi skema skunder     (Usia 10-12 bulan)
e)    Periode 5     :Reaksi Sirkuler Tersier           (Usia 12-18 bulan)
f)    Periode 6     :Permulaan Berfikir                 (Usia 18-24 bulan)
2)   Tahap Pemikiran Pra-Operasional
Tahap ini berada pada rentang usia antara 2-7 tahun. Pada tahap ini anak mulai melukiskan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar atau simbol. Menurut Piaget, walaupun anak-anak pra sekolah dapat secara simbolis melukiskan dunia, namun mereka masih belum mampu untuk melaksanakan “ Operation (operasi) ”, yaitu tindakan mental yang diinternalisasikan yang memungkinkan anak-anak melakukan secara mental yang sebelumnya dilakukan secara fisik. Perbedaan tahap ini dengan tahap sebelumnya adalah “ kemampuan anak mempergunakan simbol”.
3)   Tahap Operasional Konkret
Tahap ini berada pada rentang usia 7-11 tahun. Tahap ini dicirikan dengan perkembangan system pemikiran yang didasarkan pada aturan-aturan yang logis. Anak sudah mengembangkan operasi logis.
Proses-proses penting selama tahapan ini adalah:
a)    Pengurutan
Yaitu kemampuan untuk mengurutkan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya.
b)   Klasifikasi
Kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki keterbatasan logika berupa animisme (anggapan bahwa semua benda hidup dan berperasaan).
c)    Decentering
Anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya.
d)   Reversibility
Anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal.
e)    Konservasi
Memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan

f)    Penghilangan sifat Egosentrisme
Kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah).
4)   Tahap Operasi berfikir Formal
Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia.
Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas (saat terjadi berbagai perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis, kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual, dan perkembangan sosial.
Pada tahap ini, remaja telah memiliki kemampuan untuk berpikir sistematis, yaitu bisa memikirkan semua kemungkinan untuk memecahkan suatu persoalan.
Seorang remaja pada tahap ini sudah mempunyai ekuilibrum yang tinggi, sehingga ia dapat bepikir fleksibel dan efektif, serta mampu berhadapan dengan persoalan yang kompleks. Remaja dapat berfikir fleksibel karena dapat melihat semua unsur dan kemungkinan yang ada. Dan remaja dapat berfikir efektif karena dapat melihat pemikiran mana yang cocok untuk persoalan yang dihadapi.






3.    Perkembangan Bahasa
Perkembangan kognitif dan bahasa anak-anak tidak berkembang dalam suatu situasi sosial yang hampa. Lev Vygotsky (1896-1934), seorang psikolog berkebangsaan Rusia, mengenal poin penting tentang pikiran anak ini lebih dari setengah abad yang lalu. Teori Vygotsky mendapat perhatian yang makin besar ketika memasuki akhir abad ke-20.
Kita tidak mempelajari bahasa di dalam suatu ”ruang hampa sosial” (social vacuum). Kebanyakan anak-anak diajari bahasa sejak usia yang sangat muda. Kita memerlukan pengenalan kepada bahasa yang lebih dini untuk memperoleh keterampilan bahasa yang baik (Adamson,1992; Schegloff,1989). Dewasa ini, kebanyakan peneliti penguasaan bahasa yakin bahwa anak-anak dari berbagai konteks sosial yang luas menguasai bahasa ibu mereka tanpa diajarkan secara khusus dan dalam beberapa kasus tanpa penguatan yang jelas ( Rice,1993). Perkembangan pemahaman bahasa pada anak bukan saja sangat dipengaruhi oleh kondisi biologis anak, tetapi lingkungan bahasa di sekitar anak sejak usia dini jauh lebih penting dibandingkan dengan apa yang diperkirakan di masa lalu ( Von Tetzchner & Siegel, 1989).
Vygotsky lebih banyak menekankan bahasa dalam perkembangan kognitif daripada Piaget. Bagi Piaget, bahasa baru tampil ketika anak sudah mencapai tahap perkembangan yang cukup maju. Pengalaman berbahasa anak tergantung pada tahap perkembangan kognitif saat itu. Namun, bagi Vygotsky, bahasa berkembang dari interaksi sosial dengan orang lain. Awalnya, satu-satunya fungsi bahasa adalah komunikasi.
Bahasa dan pemikiran berkembang sendiri, tetapi selanjutnya anak mendalami bahasa dan belajar menggunakannya sebagai alat untuk membantu memecahkan masalah. Dalam tahap praoperasional, ketika anak belajar menggunakan bahasa untuk menyelesaikan masalah, mereka berbicara lantang sembari menyelesaikan masalah. Sebaliknya, begitu menginjak tahap operasional konkret, percakapan batiniah tidak terdengar lagi.
Menurut Piaget, ada dua kategori berbahasa utama pada anak-anak pra-operasional, yaitu berbicara egosentris dan bicara sosial. Bicara egosentris adalah bicara ketika anak-anak tidak peduli kepada siapa mereka berbicara. Hal tersebut memiliki ciri-ciri yaitu repetisi, monolog(berbicara pada diri sendiri), dan monolog kolektif(ketika anak-anak ada di dekatnya tetapi anak-anak itu tidak mendengarkan apa yang ia katakan). Sedangkan  bicara sosial adalah ketika anak-anak saling bertukar pikiran satu sama lain, mengkritisi satu sama lain, bertanya, menjawab, dan bahkan memerintah atau mengancam.







BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Perkembangan individu perkembangan merupakan perubahan dalam diri manusia yang terdiri atas perubahan kualitatif akibat dari perubahan psikis , dan perubahan kuantitatif akibat dari perubahan fisik. Perkembangan individu dipengaruhi leh faktor hereditas dan juga lingkungan. Perkembangan individu memiliki ciri-ciri khas yang dapat dijadikan acuan bagi para pendidik untuk lebih mengenal dan memahami karakter dari peserta didik.

 DAFTAR PUSTAKA

Nursalim, Mochamad dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. Surabaya: UNESA University Press
Suparno, Paul. 2001. Teori Perkembangan Kognitif. Yogyakarta: Kanisius

Huitt, W., & Hummel, J. 2003. Piaget's theory of cognitive development. Educational Psychology Interactive. Diakses melalui www.edpsycinteractive.org pada 10 Maret 2015

Thursday 17 March 2016

Mengerti Arti #BahagiadiRumah Setelah Merantau


Usia 20 tahun sudah kumiliki, usia kepala dua yang seharusnya mendewasakanku. Kini menjadi mahasiswa yang merantau di Kota Surabaya membuatku rindu dan mengerti arti #BahagiadiRumah. Selalu merasa #BahagiadiRumah karena bagaimanapun bagus dan modernnya Kota Surabaya, rumah yang sederhana di desa adalah tempat ternyaman yang pernah ada. Kehangatan di dalamnya  adalah hal yang paling berharga. Kedua orang tua yang mulai senja senantiasa memberikan petuah yang sejuk untuk motivasiku belajar di bangku kuliah. Bapak dan Ibuk yang tak pernah lelah bekerja membiayai sekolahku dari TK sampai jenjang kuliah ini. Meskipun Bapak dan Ibuku hanyalah penjual kebutuhan rumah tangga, tapi semangat kerja kerasnya membuatku rindu akan keduanya di rumah.
triip.imgix.net
Hiruk pikuk dan kesibukan di Surabaya antara kuliah, organisasi, tugas, dan part time job membuatku rindu akan rumah.  Setelah merantau ini, aku tahu bahwa rumah sederhana di desa yang kusam sangatlah bernilai bagiku, karena bukan tampilan dan kemewahannya, tetapi keharmonisan yang ada di dalam rumah, canda tawa dan petuah-petuah bijaknya yang membuatku merasa lebih #BahagiadiRumah.  Bercanda tawa dan berbagi kisah dengan Bapak dan Ibuk di desa adalah harapanku setiap liburan.

Love you Mommy
Rumah selalu menjadi tempat istirahat yang paling nyaman, apalagi perhatian dari Bapak dan Ibuk membuat rumah menjadi tempat yang wajib kukunjungi tiap bulan. Rumah yang senantiasa dihiasi dengan percakapan antara anak dan bapak ibu ini adalah alasan terbesarku ketika libur tiba dan aku harus bertemu keduanya. Rasanya sangat #BahagiadiRumah ketika bercanda gurau dengan Bapak Ibuk, dan saudaraku yang lain, bersama-sama membuat masakan sederhana yang biasanya aku baca dari tabloid nova. Rasa kekeluargaan ini semakin bertambah, bantu-membantu mencoba resep makanan yang mudah dibuat dari tabloid nova. Bersyukur sekarang tabloid nova sudah versi online sehingga bisa dibaca kapan saja, karena di desa sangat jarang diperoleh tabloid cetak NOVA. NOVAVERSARY , usia tabloid nova sudah 28 tahun, terimakasih sudah memberikan inspirasi lewat rubrik-rubrik yang inspiratif. Rubrik Sedap adalah favoritku. Lomba ini memberikanku kesempatan untuk berbagi kisah #BahagiadiRumah  yang aku rasakan setelah menjadi mahasiswa yaNg merantau di kota besar. Semoga tabloid NOVA semakin diminati, terus memberikan inspirasi dan kehangatan bagi pembaca seluruh Indonesia. Happy Birthday Tabloid NOVA ke 28 #BahagiadiRumah NOVAVERSARY
http://promo.gramediamajalah.com/www/images/de5358878faa0b62212889902533c78d.gif